Tekan Peredaran Narkoba di Aceh, KKP-BNN Ajak Masyarakat Budidaya dan Olah Ikan
Buser Bhayangkara 74
JAKARTA (2/7) – Kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Provinsi Aceh masih cukup tinggi. Guna meminimalisir hal tersebut, Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP), bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) mengadakan kegiatan Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok serta Pelatihan Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan Berbasis Surimi dengan _Bread Crumbs_ di Medan pada Rabu (30/6/2021).
Difasilitasi Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Medan, kegiatan pelatihan ini diselenggarakan di tiga kabupaten secara _blended online_ menggunakan _digital platform E-Jaring_ . Diikuti sebanyak 90 peserta, pelatihan dilakukan selama dua hari dengan rincian 30 orang mengikuti pelatihan budidaya ikan lele di Kab. Aceh Besar, dan 60 orang lain mengikuti diversifikasi olahan hasil perikanan di Kab. Gayo Lues dan Kab. Bireun, Provinsi Aceh.
Menurut hasil survei pada tahun 2019, Provinsi Aceh menempati ranking paling rawan ke enam se Indonesia. Fakta kerawanan narkoba di Provinsi Aceh, berimbas ke Kab. Aceh Besar, Kab. Gayo Lues, dan Kab. Bireuen. Dalam rangka penguatan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), BNN melaksanakan program _Grand Design Alternative Development_ (GDAD) untuk percepatan pembangunan tiga kabupaten serta mengurangi permintaan dan pasokan narkoba.
Ditemui secara terpisah, Kepala BRSDM KP, Sjarief Widjaja mengatakan, dalam mendukung kegiatan kelautan dan perikanan, KKP mendorong peningkatan sumber daya manusisa di Provinsi Aceh. “Berbicara tentang tiga kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat baik. Peningkatan sumber daya manusia dalam mengelola dan memanfaatkan pengolahan perikanan merupakan langkah strategis yang harus ditempuh agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat,” ujar Sjarief.
Adanya teknologi yang semakin pesat, penerapan budidaya ikan lele dengan sistem bioflok tidak hanya hemat lahan, air, dan pakan, tetapi produktivitas ikan lele sangat tinggi. Sementara hasil olahan ikan menggunakan surimi, ikan juga tidak hanya hemat dagingnya saja, namun juga dapat menghasilkan produk yang memiliki cita rasa tinggi.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat khususnya di sektor kelautan dan perikanan, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilia Pregiwati menyampaikan, dalam rangka meningkatkan potensi perlu adanya upaya pengembangan teknologi budidaya dan pengolahan berbahan ikan.
“Dalam mengikuti perkembangan teknologi yang lebih mutakhir, perlu adanya keterlibatan dan kerja sama penyuluh untuk membantu proses ¬ _sharing knowledge_, sehingga apa yang diberikan tidak hanya dimanfaatkan sendiri namun juga dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan bagi pelaku utama,” ujar Lilly.
Turut hadir dalam kesempatan ini, Direktur Pemberdayaan Alternatif Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, Teguh Wahyudi menyampaikan kegiatan pelatihan ini sesuai dengan tujuan GDAD, sehingga diharapkan masyarakat dapat terampil dan dapat meningkatkan perekonomian dengan potensi perikanan yang ada.
“Kami sangat berterima kasih atas peran KKP dengan pelatihan ini. Harapan kami, masyarakat dapat terampil dengan keahlian mengembangkan pembenihan ikan lele dan diversifikasi olahan sebagai alternatif pendapatan dan peningkatan kesejahteraan, sekaligus menggerakkan masyarakat sehat dengan mengonsumsi ikan yang kaya protein untuk meningkatkan gizi masyarakat,” jelas Teguh.
Usaha pengolahan hasil perikanan di Kab. Bireuen sebagian besar merupakan usaha rumah tangga berskala kecil. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Perikanan Kab. Bieruen, Irwan mengatakan hasil pengolahan ikan di Kab. Bieruen bermacam-macam, namun permasalahan utama yang dihadapi yaitu skala usaha yang kecil dan terpencar.
“Hasil olahan disini cukup beragam, tetapi dengan teknologi pengolahan yang masih sederhana, permodalan usaha yang masih rendah, kemasan produk yang belum menarik dan pemasaran yang masih terbatas ini menjadi suatu masalah. Oleh karena itu, usaha pengolahan ikan memiliki peluang besar untuk ditingkatkan baik jenis olahan maupun skala usaha. Saya berharap kegiatan ini tidak berhenti disini saja, tapi kedepan dapat terus bekerjasama dengan KKP untuk mengimbangi potensi ini,” jelas Irwan.
Berdasarkan INPRES Nomor 2 Tahun 2020, telah mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan fasilitasi dan melaksanakan rencana aksi nasional P4GN. Dalam hal ini, Sekretaris Daerah Kab. Gayo Lues, Muslim mendukung adanya kegiatan ini. “Saya mendukung program yang dilaksanakan BNN dan KKP dalam pemberdayaan kepada masyarakat. Ini merupakan aksi nyata BNN dan KKP dalam mewujudkan masyarakat Gayo Lues yang mandiri tanpa narkoba”, ujarnya.
Harapannya dengan kegiatan ini, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat serta pelaku utama dapat menerapkan ilmu yang diberikan, guna meningkatkan produktvitas dalam mengembangkan budidaya dan pengolahan ikan.
Sebagai informasi, dalam kesempatan lain juga digelar Pelatihan Pembuatan Emping Tuna yang difasilitasi oleh BP3 Ambon secara ¬ _full online_ . Diikuti sebanyak 360 peserta dari 32 Provinsi, pelatihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta melakukan sosialisasi Program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) guna mendukung konsumsi ikan, mencegah stunting dan gizi buruk.
(Red)